OMEGA MOTOR VIDEOS
BERITA : Transmisi Otomatis Jangan Sembarang Derek
Tahukah ketika mesin mati, oli transmisi juga tidak mengalir sehingga tidak disarankan untuk mendorong mobil?
Jakarta – Sebelumnya, OTOMOTIF sudah membahas mengenai pengenalan jenis-jenis transmisi otomatis, jenis oli yang digunakan dan bagaimana jika terjadi kerusakan. Nah, tentu pengetahuan soal pemanja kaki kiri ini tidak sampai di situ saja. Bahkan, cukup banyak hal lain yang perlu diketahui, terutama karena teknologi A/T (automatic transmission) terus-terusan bertambah canggih. Misalnya, sering tertulis Shift Lock Release di ujung tuas transmisi otomatis. Nah, sudah tahun fungsinya belum? Lalu mengapa pada girboks A/T yang cenderung konvensional, kadang terdapat mode 2 atau L di bawah D, tetapi yang lebih modern hanya ditandai + dan -.
Mudahnya pengoperasian mobil dengan transmisi tanpa koplingini sering kali membuat banyak penggunanya yang tidak mengerti fungsi-fungsi tambahan maupun hal-hal esensial yang seharusnya diketahui, termasuk tanda-tanda kerusakan. Melanjutkan tulisan All About Transmisi Otomatis (1) minggu lalu, simak detail-detail di bawah ini. • (otomotifnet.com)
Overdrive Dan Triptronik
Sering bingung dengan istilah triptronic, steptronic, shiftronic dan tronic-tronic lainnya? Sebenarnya nama-nama tersebut hanya untuk mendeskripsikan mode manual yang sudah dilengkapi di transmisi otomatis konvensional dan CVT. Contohnya ada di Hyundai Grand Avega, Kia Rio, All New Mitsubishi Pajero Sport dan All New Toyota Fortuner. Baik mengandalkan paddle shift atau tuas transmisi, metode ini dilakukan agar pengemudi dapat mengambil alih pemindahan gigi. Sehingga alih-alih menunggu tekanan hidrolis mengganti gigi dari torque converter, perintah elektronis yang dikirim ke ECU menggantinya terlebih dahulu.
Sedangkan opsi overdrive atau O/D biasanya adadi jenis yang lebih lawas, meskipun lebih tepatnya disebut overdrive off. “Tombol O/D Off hanya ada di 4A/T, fungsinya untuk menahan supaya transmisi tidak mengoper ke gigi 4,” jelas Sugihendi. Pada transmisi CVT, yang tersedia adalah tombol sport. “Gunanya untuk mengubah rasio CVT menjadi lebih rendah supaya power lebih besar. Begitu diaktifkan, RPM akan naik sekitar 1.000 – 1.500,” lengkapnya. •
Mitos A/T
Banyak mitos yang beredar di pengguna transmisi otomatis. Ada yang benar ada juga yang tidak. Masalahnya jika ternyata yang selama ini percaya mitos yang salah, malah Anda yang dirugikan karena bisa mengakibatkan transmisi rusak. Seperti misalnya pada saat menghidupkan mesin di pagi hari, sebaiknya posisi tuas transmisi berada di N. “Kalau terpaksa di P maksimal hanya dua menit, karena di posisi P oli tidak bersirkulasi penuh, kalau sering seperti ini akan mengakibatkan bushing dalam transmisi jadi aus dan akan jadi rusak,” ujar Eddy dari bengkel spesialis Boss Matic di kawasan Bintaro sektor 9.
Kemudian pada saat tanjakan yang curam dan membutuhkan power mesin, maka sebaiknya tuas transmisi diletakkan di posisi L. “Namun kalau tanjakannya landai di D tidak apa-apa, begitu juga pada saat turunan curam diletakkan di posisi L dan overdrive (jika ada) diaktifkan,” tukas Holil dari bengkel spesialis Wani Matic di Ciledug. Nah, di musim hujan banjir sudah mulai menghantui. “Jika bisa dihindari maka hindari, kalau memang terpaksa lihat dulu tinggi airnya. Kalau sampai merendam lebih dari 1/2 ban maka urungkan niat, apalagi kalau sampai berhenti di tengah genangan air, dipastikan air akan masuk ke dalam transmisi dan merusak transmisi matik,” wanti Eddy lagi. •
Konversi M/T KE A/T
Bisakah mobil yang tadinya bertransmisi manual diubah menjadi otomatis? “Bisa, tapi lebih ke mobil yang mesinnya masih konvensional tanpa ECU, seperti Toyota Kijang kapsul dan Isuzu Panther, juga Suzuki Vitara-Escudo-Sidekick bahkan Jimny,” ujar Holil. “Karena kalau mobil yang sudah menggunakan ECU, harus ikut diganti ECU dan wiring set-nya agar bisa berfungsi semua,” tuturnya. Sementara menurut Eddy, “Toyota Kijang Innova bensin manual bisa diganti jadi transmisi otomatis, tapi matiknya yang model konvensional.
Selain itu beberapa fungsi spidometer bisa jadi tidak berfungsi seperti penunjuk kecepatan dan tidak adanya penunjuk Over Drive (OD) dan posisi transmisi,” jelas Eddy. Soal biaya ubah transmisi ini mulai dari Rp 8,5 jutaan untuk yang model konvensional, kalau yang sudah model elektrik bisa mencapai di atas Rp 30 jutaan. Anda berminat? •
Gejala Kerusakan
Bagian ini perlu dicermati oleh setiap pemilik transmisi otomatis. Pasalnya jika terlewat, bisa berlanjut ke kerusakan yang lebih fatal. Mau jenisnya konvensional dengan torque converter, CVT maupun DCT, hampir semua gejala kerusakannya sama. “Bisa macam-macam. Biasanya ada bunyibunyi, gejala selip, kurang tenaga, muncul bau, indikator malfunction menyala dan lain lain,” terang Dedi. Sedangkan Hendi menjelaskan oli kotor abnormal juga menjadi tanda-tanda terjadi kerusakan transmisi. “Yang paling terasa pasti selip kalau digas, RPM naik tapi kecepatannya tidak,” tambah pria tersebut.
Heru menambahkan, perpindahan gigi yang kasar juga menunjukkan adanya kerusakan. “Indikator check engine dan transmisi juga akan menyala, nanti bisa kita cek dengan scanner lagi,” jelasnya. Nah, kalau sudah ada tanda-tanda di atas, lebih baik cepat diperiksa lebih lanjut yuk agar tidak terjadi kerusakan lebih parah. •
Shift Lock dan Derek
Kendaraan bertransmisi otomatis bisa diderek, tapi dengan perlakuan khusus. Harus lebih hatihati ada banyak prosedur yang musti dipahami. Berbeda dengan transmisi manual yang tidak ada hambatan sama sekali ketika mau diderek. Paling utama tentu posisi tuas persneling harus di N (Neutral). Kalau transmisi masih memiliki tuas dan masih sistem mekanis tentu mudah saja.
Tinggal injak pedal rem dan pindahkan ke posisi N atau bisa memanfaatkan fitur shift lock tanpa menginjak pedal rem. Nah bagaimana jika pada transmisi modern seperti BMW 8 speed automatic? Untuk hal ini sebaiknya menghubungi bengkel resmi BMW terdekat, supaya dapat ditangani secara profesional. Langkah kedua tentu harus mengetahui kendaraan berpenggerak depan atau belakang atau mungkin penggerak 4 roda.
Kalau penggerak 4 roda mutlak menggunakan towing gendong. “Memang lebih aman menggunakan towing gendong tapi kalau emergency towing konvensional juga tidak masalah,” sebut Edi, pemilik Service Station bengkel spesialis BMW dan Mercedes-Benz di Jembatan Lima, Jakbar. Kalau penggerak depan dan hanya dapat menemukan derek konvensional, ban depan wajib diangkat jadi hanya ban belakang yang menyentuh aspal.
Begitu juga sebaliknya. Kendaraan bertransmisi tidak haram untuk didorong. Tapi hanya untuk darurat. Misal memindahkan kendaraan dari jalur cepat ke jalur kiri. Bisa juga dorong untuk memasukan ke garasi rumah atau bengkel. “Tapi jarak juga jangan terlalu jauh, karena saat kendaraan tidak hidup, maka tidak ada pelumasan di dalam transmisi otomatis,” terang Richard Herlambang, punggawa Jumara Auto Service di Karang Tengah, Tangerang. •
Fitur Snow
Fitur S pada transmisi otomastis ada yang Sport ada juga Snow. “Mobil Eropa seperti Mercy dan BMW ada fitur Snow, sedangkan Sport ada dimobil seperti Hyundai dan Mercy. Di mobil Jepang umumnya Eco dan Normal, sebenarnya ini sama dengan Snow yang perpindahannya lebih cepat,” jelas Holil.
“Kalau Snow, perpindahan gigi lebih cepat untuk meminimalisir ban spin pada musim salju sebenarnya, tapi di sini bisa untuk mengiritkan konsumsi BBM karena perpindahan gigi lebih cepat sehingga RPM tidak terlalu tinggi,” ulas Eddy. Sedangkan Sport perpindahan lebih lama dan RPM lebih tinggi sesuai karakter sport. “Manual mode itu tergantung keinginan kita, jika ingin cepat ya transmisinya mengikuti kemauan kita,” ujarnya lagi.•
http://otomotifnet.com