OMEGA MOTOR VIDEOS
BERITA : Sejarah Citycar Jepang, Dari Zaman Perang Hingga Bermesin Listrik
Subaru 360 tercatat sebagai kendaraan Kei termurah paling sukses di negara asalnya berkat keberhasilan terjual sebanyak 300 ribu unit. Fuji Heavy Industry yang memproduksi kendaraan ini secara massal pada tahun 1958 dengan harga jual di bawah $1.300 (sekitar Rp 12,5 juta).
Dengan bentuk serangga kepik, Subaru generasi paling awal memiliki panjang 2.990 mm dan mampu memuat 4 penumpang. Pengendara harus cukup puas dengan daya 16 dk yang dihasilkan mesin dua tak pendingin udara kapasitas 356 cc dengan 3 percepatan manual
Melihat antusiasme terhadap Kei Car, para insinyur otomotif berlomba-lomba menambahkan berbagai fitur seperti rem cakram, karburator lebih besar, bahkan transmisi otomatis pada tahun 1960’an. Berlawanan dengan inovasi yang dilakukan, perusahaan Kei Car sempat mengalami kelesuan yang parah tahun 1970’an akibat berbagai peraturan dan regulasi emisi yang ketat.
Tahun 1976 menjadi tahun kebangkitan Kei Car. Hukum baru memperbolehkan peningkatan ukuran kendaraan menjadi 10 mm lebih lebar dan 20 mm lebih panjang dari ukuran semula.
Sedangkan regulasi kapasitas mesin semakin besar, dari 550 cc menjadi 660 cc dikeluarkan pada tahun 1990. Pada saat yang sama, pemerintah Jepang memberlakukan batas power yang dihasilkan maksimal 64 dk untuk kendali tingkat polutan udara.
Di saat era 1990-an pula, Suzuki memboyong Karimun ke Indonesia, diikuti Daihatsu dengan Ceria. Tak lupa, produsen Korea seperti Hyundai, Daewoo dan KIA turut memasarkan produk citycarnya di Indonesia. Tentu dengan spesifikasi yang berbeda dari Jepang, yakni bermesin 850-1.000 cc.
Kei car pada masa kini dikembangkan dalam bentuk electric car (EV). Salah satunya Mitsubishi i-Miev yang dilengkapi mesin MIVEC 12-valve tiga silinder kapasitas 660 cc yang menghasilkan daya 64 dk dan transmisi 4 percepatan otomatis. (mobil.otomotifnet.com)