Jakarta –oto.detik.com Banyaknya merek pelumas di pasaran Indonesia kerap membuat bingung masyarakat, mana yang terbaik untuk kendaraannya. Hal inilah yang kerap diingatkan Masyarakat Pelumas Indonesia (Maspri).

Oli yang beredar kurang lebih 240 merek, dan 1 merek bisa mengeluarkan beberapa jenis oli, dan itu bisa sampai 1.000 jenis.

“Oleh sebab itu kita harus memiliki satuan SNI untuk pelumas di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk melindungi konsumen dan untuk perkembangan bisnis ditanah air,” ujar Ketua Maspi Barman Tambunan di Jakarta.

Namun untuk mengetahui oli apa yang terbaik untuk kendaraan anda, dapat dilihat berdasarkan kapasitas mesin kendaraan masing.

“Dan karena pelumas kita itu belum SNI, industri itu menggunakan standar APR. Dan biasanya di kaleng pelumas yang baik mestinya ada kesatuan EPI. Maka kalau kelasnya SG, mau oli dari berbagai merek apapun itu sama saja kualitasnya sama. Mau merek oli Pertamina, Shell, atau lain-lainnya sama saja. Oleh sebab itu kita harus memiliki standar SNI,” tambah Technical Consultant PT GMO Asia (Agen resmi Oil Booster) Tri Yuswidjajanto.

Namun belum adanya standar SNI justru membuat GMO berani memperkenalkan Oli Booster, sebagai penambah zat adiktif. Yang berfungsi memaksimalkan kinerja mesin dengan menggunakan oli berkualitas tinggi.

“Semua perusahaan pelumas bilangnya bagus, sehingga konsumen tidak lagi membutuhkan oli penambahan booster. Tapi bagaimana kenyataannya tidak seperti itu, saat dibongkar mesinnya ternyata banyak keluhan seperti berkerak atau kotor,” ujarnya.

“Sehingga ada peluang-peluang yang bisa kita perbaiki didalamnya. Tentunya menambahkan kekurangan didalamnya. Kenapa ada yang kurang, karena adiktif yang terdapat dipelumas itu dibeli dalam botol paket, jadi pabrik pelumas itu hanya membeli aditif dari supplier dengan suatu keinginan tertentu,” tambahnya.